7 Hal Menarik di Festival Imlek Indonesia 2017


Bulan lalu saya ke Palembang untuk mengikuti Festival Imlek Indonesia. Sebuah acara tahunan yang diadakan di Palembang, sebagai puncak perayaan tahun baru Cina yang jatuh pada hari Cap Go Meh Hari ke 15 setelah imlek. Bagi saya Imlek tahun ini begitu spesial karena saya bisa merayakannya di Palembang. Palembang adalah kota pertama yang saya kunjungi di pulau Sumatera. Semua yang terjadi di Palembang adalah sebuah kejutan bagi saya. Termasuk merayakan Imlek yang tidak pernah ada dalam bayangan saya sebelumnya. 

Inilah 7 hal yang begitu menarik, yang saya saksikan selama mengikuti Festival Imlek Indonesia

1. Parade Bendera Negara-Negara Asia

Imlek dan parade bendera negara? Tampak sekilas seperti sesuatu yang tidak nyambung. Tetapi hal inilah yang mejadi keunikan sebuah perayaan yang terjadi di kota Palembang. Sebagai kota yang akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018, Palembang telah bersiap dan merayakannya dengan penuh suka cita. Dalam setiap acara, kata-kata Asian Games selalu digaungkan. Festival Imlek Indonesia yang diadakan setiap tahun juga merupakan kegiatan pendukung untuk meramaikan pariwisata kota Palembang, supaya menjadi kota yang semakin terbuka dan siap menyambut kunjungan atlit dan wisatawan selama pelaksanaan Asian Games 2018.

2. Parade Liong, Barongsai dan Koko Cici


Kalau yang satu ini tentu sudah menjadi hal yang lekat dengan perayaan Imlek. Barongsai berbagai warna yang datang dari berbagai yayasan di kota Palembang turut serta berbaris meramaikan jalan Kapten A. Rivai yang menjadi tempat parade. Hewan mitologi ini kompak menari-nari mengikuti irama tambur.  Adapula Liong atau naga yang meliuk-liuk mengikuti gerak tubuh pemainnya. Begitu meriah!
Selain barongsai, juga ikut para Koko dan Cici Palembang. Wajah-wajah oriental yang cantik dan ganteng ini seolah menjadi maskot yang menambah semaraknya parade. Beberapa masyarakat yang menonton turut mengajak mereka berfoto bersama. Senyum mereka seolah menambah meriahnya acara hari itu.

3. Ada Kera Sakti

 


Waktu kecil saya sering menonton serial Kera Sakti di televisi. Serial yang menceritakan perjalanan Tong Sam Chong, seorang Bikshu yang mencari kitab suci ke Barat. Ia ditemani Sun Go Kong si kera sakti, Cu Pat Kai sang babi gendut yang serakah, dan Wu Ching tokoh yang menjadi gambaran manusia yang lemah. Tingkah polah mereka begitu menghibur. Di festival imlek Indonesia di Palembang, ternyata mereka juga turut hadir. Hanya saja, dalam bentuk rupa manusia yang berdandan sehingga mirip dengan mereka. Tingkah polah manusia-manusia pemeran sang Bikshu dan murid-muridnya ini tidak jauh berbeda dari yang saya lihat di film-film. Tetap lucu dan menggemaskan!

4. Kebaya Encim!


Kebaya yang menjadi gambaran akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa ini juga mewarnai parade festival Imlek Indonesia di Palembang. Para nyonyah dengan cantik dan anggun melenggang dengan kebayanya yang begitu khas. Motif dan warna kebaya ini banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Tionghoa, seperti penggunaan warna merah, dan motif gambar bunga teratai. Senyum ibu-ibu yang mengenakannya menambah haru saya. Meskipun beretnis Tonghoa, tetapi mereka masih tetap pakai kebaya.

5. Dendangan Sastra Buritan



Ada saat ketika hati saya begitu tersentuh mendengar syahdunya dendangan sastra Buritan yang dilantunkan oleh ketua Dewan Kesenian Kota Palembang. Meninggalkan Pontianak dan tinggal di Jawa membuat saya jarang mendengar sastra Melayu diucapkan. Kultur Melayu yang juga kuat di Palembang membuat sastra juga tidak lepas dari kehidupan sehari-hari. Di tengah perayaan bagi etnis Tionghoa ini, sastra Melayu juga tidak kehilangan perannya. Petuah dan kata-kata bijaknya saya rasa terlalu berharga jika hanya tersimpan dalam peti berlapis kain kuning. Karena sejatinya cerita tentang kebajikan adalah sesuatu yang universal. Sayang sastra Buritan ini sudah tergolong langka. Sulit bagi saya menemukannya bahkan dengan pencarian online sekalipun. Semoga sastra ini bisa tetap lestari.


6. Dul Muluk


Selain petuah yang bisa berguna bagi semua orang, saya rasa humor juga adalah hal yang bisa menghibur semua orang. Tidak peduli suku dan agama, Dul Muluk Grup kesenian lawak Palembang -  mampu menghipnotis semua pengunjung Palembang Sport and Convention Centre untuk tertawa. Uniknya, semua pemain grup lawak ini adalah laki-laki. Humor grup ini begitu renyah dan kekinian. Bahkan iklan salah satu situs belanja online yang menampilkan Nonyah dengan gulungan rambutnya juga berhasil mereka parodikan. Memang benar adanya, selain sebagai sebuah pelipur lara, humor juga adalah sebuah ajang kritik sosial yang paling ampuh. Yang penting Hockay shaaay!!!

7. Perayaan bagi segala bangsa


Tahun baru Imlek tidak lagi menjadi tahun baru bagi orang Tionghoa saja. Di Palembang, sekali lagi saya menemukan bahwa Indonesia adalah milik semua orang. Bahwa negeri dengan ribuan suku ini mampu bersatu dan bersinergi membuat suatu perayaan menjadi begitu gegap gempita. Reog Jawa, Tanjidor Betawi, Silat, Wayang, hingga Dul Muluk dan Barongsai adalah identitas negeri ini yang juga turut meramaikan festival Imlek Indonesia 2017 di Palembang. Karena merayakan hadirnya semangat baru pada hari raya Imlek sejatinya adalah sebuah berkat bagi semua orang.

Toleransi, suka cita, dan ramah tamah yang menjadi ciri khas negeri ini sekali lagi saya temukan di Palembang. Saya begitu bersyukur bisa tinggal di negeri kaya raya ini. Sebuah negeri yang akan selalu kita panggil rumah. Sungguh, negeri ini adalah rumah bagi segala bangsa

CONVERSATION

4 comments:

  1. selain ke imlek festival, main kemana lagi bang? jembatan ampera? nyicip empek-empek kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pasti dong, sudah di palembang juga harus berkunjung ke ampera dan makan empek-empek

      Delete
  2. tahun ini nggak sempet ngeliput festival imlek -.- bentrok sama jadwal kerjaan~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Festival imlek selalu asiik kak.. Kulinernya sih yang ditunggu sebenarnya..

      Delete

Back
to top