Hari Minggu di Bakmi Aboen Pasar Baru

Jika Pasar Baru terkenal dengan Bakmi Gang Kelinci, sebenarnya ada lagi bakmi nikmat namun berada di gang tersembunyi. Inilah Bakmi Aboen, bakmi Non-Halal untuk mereka yang suka menjelajah demi memanjakan lidah.
Maksud hati saya adalah menuju Bakmi Gang Kelinci ketika berkunjung ke Pasar Baru di suatu hari Minggu. Namun, karena memang terbiasa iseng menyesatkan diri membelah gang-gang kecil, saya kemudian bertemu sebuah kedai bakmie yang tidak kalah ramai. Bakmie Aboen, berdiri di ujung gang buntu. Sulit bagi saya menjelaskan patokan arahnya, yang jelas kedai ini tidak terlalu jauh dari kedai Bakmie Gang Kelinci.

Dari jauh, kedai mie ini nampak antik dengan bentuk bangunan bak sebuah kelenteng, ditambah dengan papan nama tipikal papan nama toko tahun 70an yang sudah mulai luntur kelirnya. Setelah melihat daftar menu yang tergantung di dinding, saya putuskan memesan semangkok bakmie babi pangsit rebus. Saya juga memesan minuman cincau karena Jakarta siang itu panas sekali. Nikmat sepertinya meminum cincau dingin sambil makan mie. 

Tidak lama, mie saya tiba. Saya aduk sebentar mie agar tercampur merata dengan bumbunya. Tidak saya tambahkan apa-apa dulu supaya bisa merasakan rasa autentiknya. Dari gigitan pertama, saya langsung suka dengan rasa bakmie Aboen ini. Kaldu, jamur, dan rasa manis dari taburan kuah kecap yang dimasak bersama daging babi begitu terasa. Semua bumbu menyatu, dan membuat mie ini begitu gurih dengan sedikit rasa manis. Mienya juga kenyal, dengan bentuk yang sedikit gepeng sehingga lebih tipis dan mudah diputuskan oleh satu gigitan.

Kuah dan pangsit berada di mangkuk berbeda. Saya tambahkan lada putih pada kuah pangsit, untuk mendapatkan rasa pedas dan sensasi panas. Daging isian pangsit langsung memencar di dalam mulut ketika digigit, memadukan rasa asin dan rempah yang menjadi campuran daging giling. Nikmat sekali! Sugguh, kedai mie ini adalah kedai mie yang patut diberikan apresiasi pada kepandaiannya mengolah mie dan menjaga resep yang telah dipertahankan sejak kedai ini dibuka tahun 1962. Saya kemudian menikmati cincau dingin yang telah diekemas dalam gelas plastik. Karena masih haus, saya sampai menambah dua kali minuman cincau yang rasanya juga benar-benar enak menurut saya.

Puas rasanya mengisi perut di hari itu. Dalam riuhnya warung bakmie yang semakin siang semakin ramai, saya berharap semoga kedai-kedai legendaris seperti ini terus lestari dan menjadi panutan tentang arti makanan enak sesungguhnya. Karena sejatinya, yang utama bagi sebuah makanan adalah soal rasa. Rasa adalah soal pencarian padu-padan bumbu dan bahan-bahan selama bertahun-tahun. Ada hasil kebudayaan yang sungguh luar biasa dalam sebuah makanan legendaris yang mampu bertahan dan tetap diramaikan oleh pembeli meski zaman terus berganti.





CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top