Restoran Mandarin Bandung: Masakan Cina Juara!


Restoran Mandarin di tengah kota Bandung ini kami temukan tidak sengaja. Dalam perjalanan dinas di minggu itu, kami memang hendak mampir ke sebuah warung ronde kacang di sekitar Kebon Kawung. Di perempatan lampu merah, fokus kemudian teralihkan oleh deretan jendela-jendela dengan teralis kayu bercat putih.

Sejenak ingatan cerita akan tempat makan itu muncul kembali. Soerang teman dekat yang tinggal di Bandung pernah bercerita tentang istimewanya Restoran Mandarin. Kami putuskan mampir, dan menghabiskan sisa hari di tempat yang telah melegenda sejak 1972 sebelum menempuh perjalanan kembali ke Jakarta.

Malam itu restoran cukup sepi. Hanya ada seorang Oma dan keluarga kecilnya yang menikmati Kangkung Ca Hotplate - menu spesial restoran ini. Seorang Opa yang menjadi kasir restoran, hanya berkaos polo hijau dan bercelana pendek melihat kami datang dalam diam, seolah menjelaskan tingginya wibawa dan dalamnya pesona yang dimilikinya dan restorannya.

Menu segera datang. Beberapa halaman buku menu masih tertulis dalam aksara Mandarin, menegaskan konsistensi masakan dan nama restoran. Kami memesan kangkung ca hotplate yang mejadi menu wajib, semacam hekeng yang bukan hekeng (saya lupa namanya), rollade udang ham dan telur, dan sayur fumak serta tak lupa Fu Yung Hai.







Rasa makanannya di luar ekspektasi saya akan restoran China: gurih, banyak bawang, banyak kaldu jamur, dan segala cita rasa oriental dari daerah Kalimantan dan Sumatera yang sering jadi santapan saya. Masakan China di restoran ini rasanya telah membumi bersama Bandung. Ada sedikit pengaruh cita rasa Eropa, Sunda dan bahkan Jawa di cita rasa makannnya. Makanya, cah kangkung hotplate-nya tidak jauh berbeda dengan seafood hotplate yang saya santap di Jogja. Sungguh, restoran Mandarin ini malah membuat saya semakin tertarik untuk mendalami hubungan etnis Tionghoa dan Bandung yang begitu unik.

Lebih dari itu, bersantap di restoran ini juga adalah soal merayakan kegembiraan akan Bandung di masa lalu. Pernah ada masa Bandung begitu permainya dengan kebiasaan makan di luar bersama keluarga merayakan ulang tahun, hari besar, atau sekadar perekat hubungan antar keluarga. Senang rasanya mengingat tuan dan puan pernah berdandan rapi hanya sekadar untuk bersantap malam dengan menu terbaik sambil ditemani bir atau anggur merah.






Bagi saya, tempat-tempat seperti ini haruslah kira rawat. Karena bukan sekadar tempat bersantap namun sebagai sebuah penanda beragamnya adab negeri ini.

Akhir perjamuan malam itu kami tutup dengan keluhan perut yang begah kekenyangan. Beberapa menu bahkan harus kami bungkus karena banyak bersisa.  Saya dekap erat-erat makanan yang berbungkus koran dengan aksara Mandarin itu. Eksotisme Restoran Mandarin jelas akan selalu memanggil saya untuk datang kembali jika berkunjung ke kota kembang.

Restoran Mandarin
Jl. Kebon Kawung No.45-47,
Pasir Kaliki, Kota Bandung,
Jawa Barat 40171










CONVERSATION

2 comments:

  1. ke restoran begini enaknya rame2 bareng rekan kerja atau kerabat,, sambil bernostalgia akan bandung masa lalu... :)

    -Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete
  2. wah ini salah satu resto yang jadi langganan keluarga aku ghana

    ReplyDelete

Back
to top