Jelajah Tiga Kuburan Di Jakarta



image


Jakarta, sebuah Kota yang menjadi pusat peradaban sejak masa lalu. Dimulai dengan sebuah pelabuhan kecil bernama Sunda Kelapa, kemudian berganti nama menjadi Jayakarta, Batavia, hingga Jakarta, kota ini sudah menjadi tempat hilir mudik para pedagang dari berbagai penjuru dunia. Jakarta juga merupakan kota pemerintahan berskala internasional. Banyak ekspatriat, bangsawan dan orang penting pernah lahir, tinggal, dan mengakhiri hidup di Jakarta demi misi perang, diplomatik, hingga kemanusiaan sejak dari jaman kolonial.


Hari ini tentu tak ramai lagi terlihat para ekspatriat itu. Kebanyakan para pekerja asing hanya hidup di seputaran Sudirman – Kuningan – Thamrin, pusat bisnisnya Jakarta. Tetapi masa lalu Jakarta tentu tak akan pernah hilang sepenuhnya. Sejengkal tanah Jakarta masih menyisakan tempat bagi anda penyuka masa lalu. Tak lain tak bukan, kuburan menjadi salah satu bukti fisik yang mudah ditemukan untuk merunut siapa-siapa yang pernah hidup atau setidaknya tidur dalam damai di bekas ibu kota Hindia Belanda ini.

image
Ereveld Menteng Pulo dikelilingi gedung pencakar langit
Dari beberapa kubur Belanda di sekitaran Jakarta, saya berhasil mengunjungi Ereveld Menteng Pulo, Jakarta War Cemetery dan Kebun Jahe Kober atau dikenal dengan sebutan Museum Taman Prasasti. Tempat-tempat ini merupakan makam bagi orang-orang kehormatan yang telah berjasa bagi perang, pemerintahan, misi agama, diplomatik ataupun kaum sosialita yang hidup di Batavia. Mengunjungi kubur mereka yang indah dan asri, selain tentu menyejukan mata dan menyegarkan pikiran dengan udara taman makam yang terawat, juga tentu memberikan saya tambahan pelajaran, bahwa siapapun kamu, kamu berjasa jika telah melakukan semua perbuatan baik bahkan sampai rela mati mengorbankan nyawamu.


image
Hijaunya Ereveld Menteng Pulo
Saya megawali perjalanan saya ke Ereveld Menteng Pulo dan Jakarta War Cemetery. Bersama dengan Travel Bloggers Indonesia, atas jasa mbak Olive dari Obendon.com yang berhasil mengizinkan kami masuk Ereveld, kami berjalan menyusuri panasnya Ibu Kota menuju Ereveld Menteng Pulo. Terletak dekat dengan TPU Menteng Pulo, tempatnya tersudut di sebuah jalanan kecil yang di sekelilingnya telah berdiri megah apartemen-apartemen dan perkantoran. Ereveld merupakan taman makam kehormatan bagi korban perang dunia ke dua dan makam bagi prajurit Belanda yang gugur di Indonesia. Makam ini dIkelola oleh yayasan dibawah keduataan Belanda, OGS. Ereveld Menteng Pulo merupakan satu dari dua Ereveld di Jakarta selain Ereveld Ancol. Taman makam ini merupakan salah satu yang terbesar dari total tujuh Ereveld yang ada di Indonesia.


image
Salib dari kayu ganjal rel dari Burma
Di Ereveld Menteng Pulo dimakamkan seorang Jendral KNIL yang cukup terkenal bernama Jendral Spoor. Selain itu terdapat ratusan lainnya yang merupakan tentara KNIL, wanita, dan anak-anak yang menjadi korban perang dunia ke dua. Mereka tidak hanya berasal dari Jakarta, tetapi dari beberapa daerah lain di Indonesia. Jasad mereka dipindahkan dari berbagai daerah di Indonesia untuk dipusatkan di tujuh Ereveld di Pulau Jawa. Di tengah makam ini terdapat sebuah kapel yang menjadi tempat berdoa para keluarga. Gereja yang merupakan gereja universal ini memiliki menara dengan lambag-lambang agama dari mereka yang dimakamkan di tempat ini. Terdapat salib yang terbuat dari kayu ganjalan rel yang di kerjakan oleh tahanan kamp di Burma pada jaman perang dunia ke dua. Terdapat pula simbol-simbol kuno tentang kematian dan kehidupan di tembok-tembok gereja. Di sebelah gereja terdapat kolumbarium, atau tempat penyimpanan abu jenazah. Bangunan yang di tengahnya terdapat kolam ikan ini, tersimpan ratusan marmer yang menyimpan abu jenazah mereka yang memilih untuk dikremasi. Terdapat pula lukisan kaca patri yang menggambarkan mitologi dewa-dewi Yunani maupun cerita Alkitab.

image
Hijaunya Jakarta War Cemetery

image
Makam Mallaby, dengan setangkai anggrek dari mbak Olive
Di sebelah Ereveld Menteng Pulo terdapat makam Jakarta War Cemetery. Makam ini dikelola oleh British Commonwealth dan merupakan makam bagi militer British Commonwealth yang gugur di Indonesia pada masa perang dunia ke dua. Makam ini menampilkan nisan-nisan marmer yang berjejer hampir rata dengan tanah. Di nisan terdapat nama dan pangkat serta lambang kesatuan militer dan kata mutiara yang ditinggalkan keluarga untuk mengenang keluarga yang dikubur di tempat ini. Salah satu tokoh terkenal adalah Jendral Mallaby, yang tewas tertembak di Surabaya. Mengunjungi makam ini sangat menyenagkan karena saya suka sekali membaca kata mutiara yang terpatri di setiap nisan. Kematian justru memberikan motivasi bagi mereka yang masih hidup.

image
Plakat di pintu masuk Jakarta War Cemetery

image
Museum Taman Prasasti
Makam yang terakhir saya kunjungi adalah Kebon Jahe Kober, atau Museum Taman Prasasti. Kali ini saya mengunjungi tempat ini sendirian, anggaplah sebagai latihan mental dan “me time” untuk menyepi dan belajar dari kesuyian. Sebenarnya tempat ini bukan lagi sebuah makam. Semua jenazah telah dipindahkan ke tempat lain, dan makam ini diubah oleh gubernur Ali Sadikin sebagai museum tempat menyimpan prasasti dan nisan-nisan berharga yang tersisa. Pada masanya Keboh Jahe Kober merupakan makam khusus untuk bangsawan Belanda, dan warga kehormatan. Makam ini terletak di tepi kali Krukut dan hari ini berlokasi tepat di sebelah kantor walikota Jakarta Pusat. Pada masanya, jenazah dibawa melewati kali Krukut dari kota lama Jakarta – pusat kota waktu itu – dengan perahu menuju makam Kebon Jahe. Setelah sampai di tepi sungai, jenazah dijemput dengan kereta kuda hingga sampai di makamnya.

image
Hijaunya Museum Taman Prasasti

image
Salah seorang bangsawan yang pernah dimakamkan di Kebon Jahe
Begitu masuk ke dalam museum, maka kita akan melihat deretan nisan yang ditempel di dinding-dinding bangunan yang menjadi pintu masuk museum, yang dulunya adalah tempat persemayaman jenazah sebelum dikurburkan. Memasuki museum, akan terlihat pajangan kereta jenazah dengan peti mati di dalamnya, dan beberapa nisan unik dan patung-patung. Museum ini sungguh klasik dan memiliki karya seni yang sangat berharga. Nisan-nisan orang penting seperti para gubernur jendral, duta besar, konsuler, pastor, uskup, dan bangsawan yang meninggal di Batavia terpajang di museum ini dengan alami seperti sedianya sebuah kompleks pemakaman. Di museum ini juga terdapat peti jenazah proklamator bangsa ini, Bung Karno dan Bung Hatta. Di tempat ini saya juga berjumpa dengan seorang sosok pujaan meskipun hanya lewat nisan, Soe Hok Gie. Gie pernah di makamkan di tempat ini, sebelum akhirnya di kremasi oleh keluarganya. Tempat ini sangat teduh dengan pohon yang rimbun, sangat menenangkan untuk mereka yang mencari inspirasi ataupun sekedar mencintai kesunyian.

image
Selfie dengan nisan Gie :”)
Berjalan ke kuburan tentu dianggap aneh oleh sebagian orang. Tetapi bagi saya, bermain ke kuburan merupakan cara kita berdamai dengan kematian. Mencari semangat dari cerita mereka yang telah mendahului. Mencari jejak mereka yang pernah Berjaya, dan mengikuti kejayaannya. Setiap orang terkadang membutuhkan kesunyiannya sendiri, dan saya bertemu kesunyian itu di kubur-kubur tua di ibukota Jakarta. 

Terimakasih untuk kak Olive yang telah menyebar virus eksplore kuburannya. 

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top