Changi Airport Bukanlah Sekadar Bandara Tetapi Sebuah Destinasi

Langit hari itu biru. Pesawat yang saya tumpangi masih berjalan pelan di taxi way, hendak menuju garbarata terminal 3 Changi Airport Singapura. Saya terpaku menatap jendela, melihat menara air traffic control Changi Airport yang ikonik di kejauhan. Rasa senang pun membuncah di hati. Setelah empat tahun, kini saya kembali menapakkan kaki di Changi Airport.

Segera saya daratkan kaki pada kursi pijat terdekat begitu tiba di terminal 3. Pegalnya kaki berjalan hampir seharian jadi terasa ringan karena pijatan mesin yang tersedia hampir di setiap sudut terminal di Changi Airport Airport itu. Tidak asal pijat, mesin ini bisa diatur mode-mode pijatannya layaknya layanan terapis profesional. Ada mode hangat, mode sleep, mode relax dan mode refleksi yang kesemuanya bisa saya pilih dengan sentuhan jari tangan. Amatlah manis sore itu karena kehadiran layanan sang kursi pijat gratis. 
Hampir lima belas menit merasakan hangatnya pijat yang membuat kaki siap berjalan lagi, saya kemudian menuju Singapore Food Street di transit area Terminal 3 untuk membeli kudapan pengisi perut, sebelum siap menjelajah Singapura hari itu. Berjalan di Terminal 3 Changi Airport yang maha besar, saya tidak merasakan lelah karena hadirnya karpet empuk yang memanjakan tumit saya. Saya selalu suka kehadiran karpet, dan Changi Airport airport adalah salah satu contoh baik dari bandara yang menawarkan kemewahan dan kenyamanan lantai karpet di gedung-gedung terminalnya. 

Saya tukarkan beberapa Dollar Singapura yang saya punya dengan kartu untuk membeli makanan. Setelah menyantap sandwich sambil menikmati lembayung senja yang mulai merekah di langit Singapura, saya beranajak menuju bagian kedatangan dan mengantri di konter imigrasi Singapura. Hari itu, Changi Airport telah memberikan sambutan yang benar-benar manis. Persis seperti empat tahun lalu saya disambutnya, ketika pertama kali melakukan perjalanan ke luar negeri.
Setelah puas menjelajahi Singapura selama tiga hari, saya naiki bus nomer 36 dari seberang Cathedral of the Good Shepherd menuju Changi Airport. Sengaja saya naiki bus paling pagi agar  bisa menikmati Changi Airport Airport lebih lama. Bagi saya, Changi Airport bukanlah sekadar bandara untuk penerbangan sipil, namun Changi Airport adalah sebuah destinasi. Ada banyak hal yang bisa saya jelajahi sembari menunggu waktu untuk terbang kembali. Yang jelas, menuju Changi Airport dari pusat kota amatlah mudah. Ada MRT, ada bus, ada juga akses taxi. Saya sendiri memilih bus agar bisa sambil melihat-lihat pemandangan jalan dan mencoba cara lain mencapai Changi Airport setelah sebelumnya menuju kota naik MRT. 

Tiba di perhentian bus di Terminal 3 Changi Airport, saya segera menuju toilet untuk merapikan diri. Tidak saya ragukan kebersihan toilet di bandara ini. Saya sungguh tersentuh dengan detil perhatian yang coba ditawarkan Changi Airport bahkan hingga ke soal buang hajat. Kegiatan favorit saya adalah menekan emotikon “puas” di layar feedback yang tergantung di dinding ketika hendak keluar dari toilet. Layanannya memang sungguh impresif. 

Setelah check-in, saya kemudian menuju pos imigrasi untuk segera menuju transit area pada bandara ini. Cukup terkejut ketika saya diarahkan menuju automatic immigration gate. Saya cukup melakukan scan paspor dan sidik jari saya, maka secara otomatis gerbang imigrasi akan terbuka tanpa perlu lama mengantre untuk bertemu petugas imigrasi.
Saya kemudian naik Skytrain menuju Terminal 2. Ke Terminal 2, saya hendak menghapus rasa penasaran saya pada game arcade klasik yang kabarnya ada di sana. Saya sangat suka game arcade yang dimainkan dalam mesin berbentuk klasik seperti mesin “ding dong” itu. Bagi saya, gamenya unik dan sensasi jadulnya amat menarik.

Arcade game antik ini saya temukan di Game Room di Terminal 2. Saya sempatkan bermain Pacman di sana, mengabiskan waktu dengan berlomba memakan hantu-hantu imut dalam labirin. Senang sekali bisa mengenang masa kecil ketika mesin arcade game ini masih marak dijumpai di bioskop-bioskop era 2000an. Selain itu, di area ini juga ada Playstation, Xbox, dan Kinect untuk bisa bersukaria bermain game membunuh waktu. Menunggu tidak akan terasa lama, bahkan malah bisa lupa waktu.

Bagi yang gemar film, di sebelah game room juga ada theatre yang menayangkan DVD film-film keluaran terbaru. Kita bisa duduk selonjoran sambil menikmati film dalam ruang theatrenya yang sangat keren. Jika lebih suka berselancar di internet, ada banyak komputer di entertainment area untuk bisa digunakan. Tips saya, tetap ingat waktu kapan harus boarding, karena kalau sudah di tempat ini kesemuanya sungguh membuat candu.
Puas menyusuri Terminal 2, saya masih punya waktu untuk mampir ke Terminal 1 yang adalah terminal pertama dan tertua di Changi Airport. Meskipun umurnya tidak muda, tapi tidak terlihat kesan kuno dari terminal ini. Modern, megah, dan karpet mewah dimana-mana adalah kesan yang saya rasakan. Terminal 1 ini adalah tempat Kinetic Rain yang terkenal itu berada.

Tujuan saya ke terminal satu adalah mencari The Social Tree, sebuah pohon elektronik yang bisa menampilkan foto-foto yang dibagikan oleh para pengguna jasa bandara. Saya juga senang dengan berbagai aktivitas yang bisa dilakukan pada delapan booth di sekeliling The Social Tree.  Para pengunjung dapat melakukan photobox, kemudian foto akan tampil di layar besar The Social Tree. Foto tadi juga bisa dikirim ke orang-orang yang terkasih melalui email atau di-post di media sosial. Selain itu, ada juga games-games yang bisa dimainkan di booth-booth tadi. 

Dibalik The Social Tree, ada kaca lebar dengan pemandangan apron Changi Airport yang lapang. Sebagai seorang aviation geek, adalah sebuah kegembiraan bagi saya melihat lalu lalang pesawat dari berbagai negara. Saya bisa menebak-nebak tipe pesawat, melihat livery unik maskapai, hingga takjub ketika melihat burung-burung besi itu mengangkasa. 

Setelah setengah jam termenung di sisi kaca lebar area melihat pesawat, saya beranjak menuju Skytrain kembali ke Terminal 3. Skytrain antar terminal Changi Airport ini benar-benar bisa diandalkan. Kurang dari empat menit saya menunggu, Skytrain tiba dan membuka pintu siap mengantarkan saya menuju terminal selanjutnya. Jika saya tidak menggunakan Skytrain, saya bisa berjalan dengan mudah ke area terminal lain dari bandara ini. Beginilah mobilitas antar terminal di bandara seharusnya dibangun: mudah dan bisa diandalkan.

Sampai di Terminal 3, jujur saya sudah cukup gempor menjelajah bandara maha luas ini. Untungnya, saya masih punya cukup waktu untuk leyeh-leyeh sebentar meluruskan kaki di Snooze Lounge – sebuah area untuk tidur dengan kursi yang nyaman. Area ini memang selayaknya area istirahat. Tenang, teduh, dan nyaman buat mengisi kembali energi. Puas sebentar memejamkan mata di kursi tidur, saya kemudian duduk-duduk di deretan sofa menyaksikan televisi besar yang sedang menayangkan pertunjukan bola. Saya memang tidak suka bola, tetapi saya senang mengamati manusia. Nonton bareng pertandingan bola adalah laboratorium hidup untuk mengamati sifat-sifat manusia, dan hal tersebut sungguh memperkaya diri saya. 

Tak sengaja, di dekat layar lebar tempat nobar bola tadi ada kolam ikan Koi yang relatif besar. Luar biasanya, kolam ini dikelilingi pohon, dan semuanya hidup dalam ruangan. Koinya besar dan gemuk-gemuk -- artinya mereka diberi makan dengan baik. Air kolamnya jernih dan menyejukkan mata saya yang memandangnya. Setiap hari, jam 9 pagi dan 4 sore, koi-koi ini diberi makan dan pengguna jasa bandara boleh ikut memberi makan ikan-ikan koi di sana. Senang rasanya melihat ada kehidupan lain yang nyaman tinggal di bandara terbaik di dunia ini.

Puas melihat geliat ikan Koi yang lincah, saya segera menuju gate A20 siap kembali lagi ke Indonesia. Hari ini saya senang, karena sekali lagi saya bisa dibuat terkesan oleh ramah dan menyenangkannya Changi Airport airport. 

Jujur, saya mungkin memang adalah satu dari banyak orang yang secara emosional memiliki kedekatan dengan bandara ini. Tidak hanya karena Changi Airport menjadi pintu gerbang pertama saya ketika melang-lang buana, tapi juga karena Changi Airport mampu memberikan rasa nyaman dan rasa berada di rumah dengan segera ketika saya menginjakkan karpetnya untuk pertama kali. 

Menikmati segala fasilitas Changi Airport sungguh membukakan pikiran saya akan tingkat pelayanan paling paripura dari sebuah bandara. Datanglah ke Changi Airport, dan saya yakin anda akan juga akan merasakan Changi Airport menjadi bagian dari hati anda, sama seperti yang saya rasakan.

Oiya, Kamu punya pengalaman menarik juga saat berada di @ChangiAirport? Yuk ikutan foto kontes dan memenangkan sepasang tiket PP ke Korea!

Caranya:
Kunjungi bit.ly/changidihati-ag

Upload foto dengan gestur atau stiker hati dan ceritakan bagaimana @ChangiAirport selalu ada di hati dengan #ChangiDiHati

Kontes berakhir 31 Maret 2018.

CONVERSATION

9 comments:

  1. Hahaha aku pun waktu pulang diarahkan ke auto gate imigrasi, keren ya! Kali pertama auto gate langsung di Changi, padahal belum pernah coba yang di Soetta (terakhir mau coba katanya mesin rusak, bah!).

    Anyway.. Kinetic Rain udah berfungsi lagi ya, waktu aku kesana sedang diperbaiki ditutupi kain hitam :/ Fix ini mah musti balik lagi ke #changidihati

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa aku surprised banget pas lewat gerbang itu. So cool... Coba udah mulai sering dipakai yaaa yang di Soetta

      Delete
    2. Kalo balik lagi barengan lah kak hahahaha
      Kali bisa nambah temen jalan 😂
      Aq biasa solo travelling dan nikmat rasanya, karna tiap ngtrip selalu dapet temen baru..
      Jadi ga ngerasa sendiri 😆😆

      Delete
    3. Waaah boleeh kak... Iya asik, aku suka banget kalau jalan dan jadi ketemu teman-teman baru yang seperti keluarga..

      Delete
    4. Nahh sipp kak,sabtu nanti aq ke Batam loch.
      Pengen nyobain nyebrang via laut hahhha..
      Ada wa ga kak,kali bisa kontek2an kita hahha..

      Delete
  2. Sampai sekarang, changi selalu berkesan di hati. Arsitekturnya, fasilitasnya dan staf yang sangat helpful.

    Eh ia btw mau nambahin informasi aja kak, di soetta pun auto gatenya sudah bisa dipake kok. Cuma sayangnya banyak yang masih betah antri di line yang ada petugasnya (biar dapet cap di paspor) hehehe. Padahal itu auto gate bisa dipake hikz.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah makasih kak infonya. Karna mungkin gak diarahkan kali ya. Kalau di Singapura kemarin emang diarahkan sama petugasnya. Kalau nggak, juga mungkin bakal antri di konter imigrasi.

      Makasih udah mampir yaaa kak...

      Delete
  3. Bagian favoritku ya snooze lounge,, kalo ada long flight yang butuh transit sebisa mungkin pilih transit di Changi demi bobo di snooze lounge, nyaman. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget kak! cuman karena banyak yang suka pake juga jadi susah dapetinnya.. selalu penuh hehehe...

      Delete

Back
to top