Pasar Baru Jakarta Kala Pandemi


Tidak pernah terbayang rasanya bagi para pedagang di Pasar Baru Jakarta akan ada masa sesulit hari ini. Jika krisis moneter 1998 hanya akan menggangu orang berduit dan menyisakan asa bagi pedagang pasar rakyat, maka krisis kesehatan adalah sebaliknya. Saya memberanikan diri untuk mengabadikan titik sejarah umat manusia ini.

Di sore hari yang cerah, pasar masih bergeliat dengan lalu lalang manusia. Meski pandemi, beberapa dari kita sepertinya tidak langsung bisa bergantung pada kemudahan berbelanja daring dan layanan antar. Baik pembeli dan penjual di Pasar Baru, semuanya masih bergantung pada cara tradisional dalam urusan tukar menukar barang dan uang. 

SPG toko kacamata dengan mikrofon di tangan riuh rendah mengundang pejalan berkunjung. Penjual siomay dan bakso melayani mereka yang butuh kudapan ringan. Toko tekstil dengan pendingin udara memikat pejalan mendekat untuk merasakan hembusan udara dingin. Tiada yang berbeda, kecuali besar pendatapan harian juga penampilan hampir semua pengunjung yang kini mengenakan masker. Ya hampir semua sayangnya.

Gedung tua berfasad zaman lampau tampak sendu. Mulai dari Gereja Ayam yang sepi, hingga ruko-ruko dengan cat yang mulai pudar. Namun, keriaan malah tampak dari mereka yang merayakan kehidupan dalam segala kekurangannya. Saya bertemu Ibu Balqis seorang tuna wisma di depan Gereja Ayam dan sahabatnya seorang pengamen keliling. Mereka sedang bernyanyi Sekuntum Mawar Merah dari Elvy Sukaesih. Saya mendekati mereka dan meminta ijin mengambil gambar. Gestur ramah mereka berikan tanda setuju. 

Belakangan, Ibu Balqis viral di Twitter karena menjadi penyelamat anjing dan kucing terlantar. Kembali saya belajar tentang kebesaran hati manusia. Sementara kita yang berkecukupan setiap hari sibuk beradu debat dalam ruang-ruang gema kita sendiri, ada pula mereka yang berbuat dalam diam dan kesederhanaan.

Pandemi boleh saja merenggut rejeki dan bugar raga, tetapi semangat hidup haruslah tetap menyala. Doa saya selalu untuk mereka yang terus berjuang memperjuangkan kehidupan. 


Diabadikan dengan Kamera Analog Ricoh GX1

Film Boen Jogjakarta. 


Gerbang legendaris Pasar Baru yang lengang

Tersedia pelepas dahaga

Menantikan pesanan

Obral murah meriah

Protokol kesehatan

Merindukan masa jaya

Di depan toko modern

Penanda zaman

Sumber vitamin

Lorong harapan

Sore di Gereja Ayam

Merayakan kehidupan

Perjuangan mesti berlanjut


 

CONVERSATION

1 comments:

  1. Saya pun menantikan tiba saatnya ketika kita tidak harus pakai masker lagi, ketika pandemi ini sudah berakhir, atau setidaknya sudah jauh lebih terkontrol dan tidak membahayakan nyawa. Melihat orang-orang bercengkerama, bersenda gurau, atau sekedar berinteraksi satu sama lain selama ini merupakan salah satu hal yang saya nikmati entah itu saat traveling ke tempat yang jauh atau ketika hanya menyambangi tempat-tempat di ibukota. Dengan fakta bahwa semua orang sekarang bermasker, ada sedikit hal yang terenggut: senyum ramah dan gelak tawa orang-orang jadi hanya bisa dibayangkan sekarang. Semoga kita semua terus sehat sehingga bisa melalui masa berat ini.

    ReplyDelete

Back
to top