Bunga-Bunga di Kebun Raya

Bogor di hari kedua hari raya Idul Fitri 2021 panas sekali. Matahari menyengat kulit saya yang segera memerah karena selama pandemi amat jarang terpapar matahari. Saya berdiri di depan gerbang kebun botani paling masyhur seantero negeri: Kebun Raya Bogor. Hari itu, saya menggenapi rencana lama untuk menikmati kebun tropis yang indah itu.

Sebagai seseorang yang lahir dan tumbuh besar di Kalimantan, saya cukup akrab dengan hutan tropis yang rimbun dan pohon-pohon tua berkanopi lebar. Waktu kecil saya dan keluarga sering pergi ke pelosok-pelosok daerah, berkunjung ke rumah saudara dan tentunya bermain ke halaman belakang rumah mereka: hutan tropis yang rimbun. Destinasi kebun raya awalnya tidak begitu menarik bagi saya ketika baru bekerja di ibu kota. “Sudah bosan ketemu hutan terus” celoteh saya ketika belum setahun tinggal di ibu kota. Amat jumawa memang.

Tetapi, manusia kadang memang tidak bisa dipegang omongannya. Sejak tinggal di daerah dengan kadar polusi yang pekat dan sadar akan terbatasnya ruang publik di ibu kota, maka tempat seperti kebun raya adalah sebuah kerinduan. 







Bagi saya pribadi, momen pertama ketika saya melewati gerbang KRB dan menyusuri Taman Astrid adalah sebuah bentuk kemerdekaan diri, sekaligus pemenuhan akan hak sebagai warga negara tropis untuk menikmati ragam floranya. Ketika berjalan menuruni lembah, angin segar seolah menyambut saya, berhembus syahdu dari ujung taman. Bunga Astrid yang berwarna kuning dan merah amat semarak, seolah tidak bisa melupakan keriuhan kunjungan Ratu Astrid dari Belgia di tahun 1929. Bunga-bunga ini ditanam untuk menghormati Ratu Astrid, melambangkan warna merah dan kuning dari bendera Belgia.

Di kiri kanan Taman Astrid, pohon rimbun dengan kanopi lebar melambai-lambai, seolah memanggil saya untuk dapat terbuai di bawah dahannya. Di ujung Taman Astrid, danau lebar dengan bukit hijau kemudian menyambut, diiringi tawa kegembiraan anak-anak yang bermain bola plastik. Saya kemudian terenyuh, mengapa kita di negeri tropis bertanah nan luas ini amat sukar untuk mencari tempat bermain yang ramah, sederhana, dan aman untuk semua. 

Saya kemudian menyusuri seluruh pelosok kebun, mendatangi setiap sudutnya yang menarik dan teduh. Bersahabat dengan nyamuk-nyamuk, berkeringat, berjalan menanjak dan menuruni kontur tanah di tengah terik matahari. Kulit terbakar tetapi hati senang sekali. Pakis-pakis raksasa memesona saya, apa lagi bunga teratai yang sedang mekar indah-indahnya. Saya juga sempatkan berdoa di kuburan Belanda, juga di monumen Lady Raffles. Setiap kebaikan manusia layak dikenang, termasuk kebaikan menginisiasi kebun botani yang luar biasa ini. 








Setelah berkeliling selama dua jam dan merasa kelelahan, saya memutuskan untuk duduk berlama-lama di tepi danau. Menghirup dalam-dalam udara bersih hari itu. Menikmati langit yang biru sejak pagi hari di Bogor. Mengagumi pohon berbunga wangi yang ditanam di kanan kiri kursi saya, seolah jadi aroma terapi alami yang menghilangkan penat hati. Dalam hati, dalam penuh kesyukuran saya berharap ada lebih banyak lagi taman tropis seperti ini. Supaya kita punya tempat bermain yang sederhana tetapi membawa bahagia, dan terlebih, supaya bisa menghargai kekayaan kita sebagai bangsa negeri tropis nan permai.











CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top